Thursday 15 December 2016

Diujung Mendung Bulan Desember

Aku pernah membayangkan seseorang untuk tetap tinggal.
Namun kenyataanya,
Realita dan hayalan tak selalu bisa berjalan berdampingan.
Aku pernah merasa tersakiti dibulan ini. Menangis ditengah hujan yang turun dengan begitu deras,
Berteriak ketika kilatan petir datang,
Dan terisak diujung jendela bersama tetesan air.

Lalu mendung menyapaku lagi,
Terus saja begitu sampai bulan ini habis.
Dingin hadir seakan memelukmu adalah obatnya.
Aku pernah merasa ingin sekalipun itu sulit.
Lalu membayangkan mu,
Mungkin terdengar agak kotor.
Tapi dengan cara apa lagi agar terus bisa membuatmu hidup?

Aku sudah terlalu mencintaimu sekalipun kau tidak.
Aku mencintaimu,
Meski diujung mendung bulan desember, aku mati.
Aku mati dengan segala keinginanku.
Aku mati bersama rindu, cinta,
Dan semua yang kini menjadi batas.

Aku mati sekalipun aku tak ingin.
Namun aku masih berusaha menunggu,
Menunggu kau membawa payung,
Dan meneduhkan ku ditengah badai.
Untuk segala perjuangan kita.
Karna inginku hanya satu; aku tak ingin segalanya jadi percuma.
Maka kembalilah, karena hujan belum juga reda.

Panimbang, 15 December 2016.
Catatan Lelaki patah hati, Rivall Ali.

No comments:

Post a Comment